Sesuai sama
judul hoho. Beberapa hari lalu untuk pertama kalinya gue camping (riuh tepuk
tangan..prok prok prok). Agak NORBEK ya!. Anyway norbek itu singkatan apa toh?
(plok). Garis besarnya norak pokoknya ya kan.
Kita pergi pake
motor, berlima dan yang bawa cowo semua. Ada om Wastu, om Rino, om Kalem, om
Dody sama om eh salah tante Lisda terkecuali. Tapi diakan half of man and women
(siap-siap dibacok Lisda). Oh ya ada satu om lagi namanya om Yopin tapi dia
naik angkot. Tante-tante yang ikut ada tante Lisda pastinya, tante Susi, tante
Tika, tante Indri sama gue sendiri (catatan ya kita disana saling manggil satu
sama lain pake om dan tante, padahal sih masih teenagers ohok!). Om Dody, om
Rino, sama om Kalem itu satu kampus sama gue & tante-tante lainnya, bedanya
mereka anak fakultas hukum dan mereka kenal satu sama lain karena ikut Dirgahana,
nama grup (boyband kali) pecinta alam di kampus gue. Sedangkan om Wastu lagi
daftar buat jadi calon tentara. Kalo om Yopin salah satu mahasiswa di UI, tapi
nggak tau deh jurusannya, orangnya misterius.
Btw apa kabar
ya nilai UAS bing, gue cuma belajar 15 menitan huweo. Kemarin pergi camped ya sehabis nyelesain ujian akhir yang paling
terakhir itu. Abis dikepala itu serasa ada lebah dari malem ngiung-ngiung minta
buru-buru ngirup udara segar, liat pohon pinus bertebaran sambil tiduran liatin
awan yang luass bangettt.
Balik ke topic.
Sorenya kita sampe dikaki bukit, pas kita mau naik ke atas bukit kita ketemu om
Yopin. Tau?. Tau?. Tau?. Dia jalan kaki dari kaki bukit ke atas bukit dan bawa
carrier (ransel yang biasa dipake buat naik gunung) yang beratnya seajigibun. Tak
terbayanglah kalo gue jadi dia, tiap meter istirahat kali!. Ayam tangguh lah
pokoknya!. Kenapa ayam tangguh?. Gatau juga gue lupa kenapa ada sebutan itu
buat dia. Satu lagi sebutan buat om Yopin yaitu “Om 1 kilometer” huahahah. Saking-saking
tangguhnya itu. Tanda-tanda cowok manly kaya gini bisa ditemuin baru beberapa
mungkin di kelas kampus gue (ohokk!).
Sampe atas
bukit om-omnya diriin tenda, sementara kita masak buat makan malem. Setelah malam
tiba dan sebelum tidurpun akhirnya kita bermusyawarah bagaimana caranya menentukan
posisi tidur yang uwenak!. Setelah sebelumnya kita main uno dan karna tante
Lisda kalah kita kasih dare!. Gue suruh dia teriak dari dalem tenda “Dody! I
love you” wkwk, walaupun dengan berat hati dan muka merah merekah dia
ngelakuinnya. Akhirnya kitapun tidur dengan posisi miring layaknya ikan sarden
yang ada didalem kaleng dengan satu ikan sarden yang kita kaki-in. Susi!.
Sekitar jam dua
pagi gue kebangun karna Indri gemeter, secara gue disebelahnya ya terasalah
guncangan-guncangan itu. Anehnya tante Indri sendiri bahkan nggak sadar kalo
dia kedinginan, barulah dia sadar pas kakinya dipencet sama tante Susi….kata
dia kalo kakinya dipencet geter di kakinya pindah ke gigi wkwk.
Besoknya seperti
biasa kita masak dulu, karna om-om dan tante-tante tak tahan dengan kelaparan. Setelahnya
kita jalan lagi ke atas bukit buat liat air terjun. Nggak dinyana nggak
disangka jalanannya tragis, menyeramkan tapi tetep dengan semangan 45 kita maju
pantang pulang. Sekitar lima belas menitan samar-samar terlihatlah air terjun
yang kita nanti sudah menanti. Nyeburlah gue sama tante Lisda waktu liat air
terjun, kaya ikan mas gelepakan dan pas liat air serasa nemuin pintu surga wahahaha.
Yang lain lagi sibuk jepret sana sini.
Malam kedua. Selalu
aja pas makan om Yopin pasti nunggu semuanya kelar makan barulah dia makan. See!.
Betapa care’nya dia sama semuanya. Lalu tik tik tik bunyi hujan di atas tenda!.
Lari-larian lah kita semua masuk tenda. Tapi walaupun gitu, tetep
pemandangannya nggak berubah. Tetep keren!. Kita ngelongok keluar tenda dan wow
terlihatlah rumah-rumah penduduk di kaki bukit dengan lampu-lampunya yang warna
warni (tapi dominan kuning keemasan) dan ketika ngeliat lebih jauh bakal
keliatan gunung-gunung menjulang bertebaran serasa bias dipeluk. Oh ya pas kita
semua lagi tidur katanya tante Lisda denger suara kaya orang nafas tapi diluar
tenda. Dia mikir kalo itu penghuni batu yang tadi siang dia lempar sewaktu di
air terjun. Tante tika sama tante Susi juga denger katanya. Pas denger itu
tante Lisda langsung ngadep ke tante Tika dan bisik “Denger nggak Tik” dan
meluk-melukin dia wkwk. Rambo masa takut sama begituan (padahal sendirinya juga
takut). Untung aja kan gue kebo kalo udah tidur nggak bias diganggu kecuali kaya
yang sebelumnya, diguncang gemeternya tante Indri wkwk.
Besoknya dengan
besar hati dan badan yang bertambah besar (karna makanan yang kita bawa dan
kita masak enak-enak) pulanglah kita setelah sebelumnya pesta durian. Salah satu
buah favourite gue! (lambai-lambai sama bukit)
Note: Ivander, Iyan, tante Dewi , om Marcel (yang nggak kenal
iyan liat postan sebelumnya) yang artinya sekeluarga itu tadi sore pindah
huhuhu (T________T). Artinya nggak ada lagi rumah kedua yang bisa gue datengin
buat minta makan, nggak ada lagi Ivander yang bisa gue mainin (ivander umurnya
8/9 bulan ya) dan minggu lalu itu 1st & last Iyan jemput gue
(ohokk!)